Selasa, 12 Februari 2008

Meninggal Menjelang Hari Pernikahan

Arti Pernikahan

Kelahiran, pernikahan dan kematian. Demikian siklus kehidupan yang sering
digambarkan oleh kebanyakan manusia. Pernikahan menjadi bagian bersejarah
dan sakral. Apa arti pernikahan bagi manusia?

Menikah bagi sebagian manusia adalah beban. Karena berarti harus siap
berbagi dengan orang lain, pun harus memiliki keturunan. Bagi kebanyakan
orang di Barat, menikah bukanlah sesuatu yang sakral lagi. Menikah sangatlah
merepotkan. Harus memiliki anak dan sebagainya. Mereka lebih memilih untuk
tidak menikah. Untuk apa menikah bila harus terikat, dan tidak bisa bebas
menyalurkan kebutuhan seksnya dengan siapa saja. Memiliki anak pun dianggap
beban. Bahkan orang-orang di Jepang membuat perhitungan yang rumit tentang
biaya pendidikan bila sampai memiliki anak. Stres. Di Jerman, pemerintah
menawarkan pembiayaan bagi mereka yang mau melahirkan dan membesarkan
anak-anaknya.

Menikah bagi sebagian manusia adalah syarat untuk melegalkan asmara. Sudah
sekian tahun berpacaran dan mengenal. Lantas apalagi yang ditunggu? Daripada
nanti berzina. Menikah diartikan sebagai penyatuan cinta semata. Lebih dari
itu tidak. Anak yang kelak akan dilahirkan, diplanningkan hanya dalam
masalah pendidikan saja ; S1, S2, dst.. Bahkan atas nama cinta pula, bila
cinta sudah luntur dan hambar, maka perceraian menjadi mudah.

Menikah bagi sebagian manusia, adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri
kepada Tuhannya. Menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Menikah
adalah bagian dari idealismenya untuk memakmurkan bumi dengan keturunan yang
dapat menegakkan kalimah Tuhannya. Keturunan yang sholeh, akan membawa kedua
orang tuanya menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Pernikahan
orang-orang ini, sangat selektif. Menikah dengan pendamping yang juga sholeh
adalah harapan untuk dapat saling mengokohkan di tengah peperangan antara
yang haq dan yang batil. Maka tidak bisa tidak, syarat pendamping yang
haraki dan se-fikrah seakan menjadi wajib hukumnya bagi mereka.

Pernikahan Atas Nama Cinta?

Sebagian manusia ingin menikah karena cinta yang memabukkan. Tak sabar ingin
memadu cinta. Larangan Tuhannya ditabrak. Pacaran menjadi halal. Siang dan
malam yang terbayang hanyalah wajah si dia. Lagu-lagu cinta melankolis
menjadi alunan indah dari hati yang merindu. Bila sang kekasih dekat, ia
takut berpisah. Bila sang kekasih jauh, hatinya resah gelisah menahan
kerinduan. Lalainya hati karena disibukkan oleh selain-Nya adalah
kesengsaraan dan kerugian tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

Menikah adalah moment yang dinanti. Didamba. Seakan-akan, menikah adalah
terminal akhir dari kisah percintaan. Dunia penuh dengan hingar bingar cinta
nafsu yang memang di blow up oleh media-media. Lagu, sinetron, film,.
semuanya atas nama cinta. Cinta nafsu. Thaghut baru.

Sebagian orang mengatakan bahwa menikahi sang kekasih adalah karena cintanya
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apakah benar cinta karena Allah Subhanahu
wa Ta'ala? Karena jika saja cinta itu benar karena Allah Subhanahu wa
Ta'ala, niscaya akan membawa diri semakin dekat kepada-Nya. Maka patut
dipertanyakan cintanya itu, apakah benar karena Allah Subhanahu wa Ta'ala
atau hawa nafsu semata.

Cinta. Meminta dan memberi cinta dari dan kepada yang belum berhak. Alangkah
malunya hati bila memberikan cinta pada yang tidak berhak. Tiadalah berhak
memberikannya, karena sudah ada pemiliknya, meski belum tahu siapakah
belahan jiwa itu. karena pasangan jiwa adalah rahasia Allah. "Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah,
maka mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal)."
(QS. Al Baqarah : 165)

Mereka Menjemput Kematian

Pernikahan identik dengan kebahagiaan, sedang kematian, identik dengan
kesedihan. Tetapi tidak selamanya demikian. Bisa jadi, kematian lebih
membahagiakan ketimbang pernikahan. Dan sementara sebagian orang mengejar
cinta dan disibukkan angan-angan akan pernikahan dengan sang kekasih, para
pejuang justru sibuk menggadaikan seluruh yang mereka miliki, termasuk
pernikahannya demi sebuah perniagaan yang balasannya adalah syurga.

Ayat Al Akrash. 17 tahun. Menggapai syahadah menjelang pernikahannya.
Pernikahan yang seharusnya menjadi penantian semua gadis. Menikah di kemelut
perjuangan membebaskan bangsa dari penjajahan? Ayat Al Akrash bukannya tak
punya cinta. Ia mencintai calon suaminya. Tetapi, ada yang lebih tinggi dari
cinta kepada manusia, yaitu cinta kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ya, dan
bom cinta itu menewaskan 3 tentara Israel dan melukai 70 orang lainnya.
Subhanallah. Ayat kini telah menjadi mempelai wanita seluruh warga Palestina
dan pejuang Islam sedunia.

Zahid. 35 th. Sahabat Rasulullah SAW ini akan menikah dengan wanita yang
sholehah, sangat cantik dan terhormat. Ia tengah mempersiapkan
pernikahannya. Panggilan jihad berkumandang. Para sahabat menyarankan
kepadanya untuk tidak ikut berjihad, karena ia akan berbulan madu. Tetapi
apa jawaban sang pejuang ini? Zaid menjawab dengan tegas, "Itu tidak
mungkin!" Lalu Zahid menyitir ayat, "Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik" (QS. 9:24). Dan majulah Zahid ke medan pertempuran.
Menggapai syahid.

Abdurrahman bin Abu Bakar. Menikah dengan 'Atikah. Ia sangat mencintai
isterinya karena agama dan akhlaknya. Yang karena kecintaannya itu, membuat
Abdurrahman betah di rumah dan beberapa kali tidak shalat berjamaah di
masjid. Mengetahui hal ini, Abu Bakar menyuruhnya menceraikan saja isterinya
itu. Dan Abdurrahman bersyair dengan sedih untuk isterinya, "Demi Allah
tidaklah aku melupakanmu walau matahari kan terbit meninggi dan tidaklah
terurai air mata merpati itu kecuali berbagi hati. Tidak pernah kudapatkan
orang sepertiku mentalak orang seperti dia, dan tidaklah orang seperti dia
ditalak karena dosanya. Dia berakhlak mulia, beragama dan bernabikan
Muhammad. Berbudi pekerti tinggi bersifat pemalu dan halus tutur katanya.."
Namun kecintaan yang dalam kepada 'Atikah tidak menghalanginya untuk
memenuhi panggilan Allah kala jihad dikumandangkan. Ada cinta di atas cinta.
Ia tinggalkan isterinya dan berjuang hingga syahid. Mati di jalan Allah
adalah cita-cita kami tertinggi.

Hanzolah. Sahabat Rasulullah SAW. Pengantin baru. Malam pertama. Panggilan
jihad berkumandang. Dan ia memenuhi panggilan itu hingga menggapai syahid,
dalam keadaan masih junub. Dimandikan oleh para malaikat. Diabadikan dalam
catatan sejarah kafilah para syuhada.

Yaseen Al Jazairi. Pejuang dari Algeria. Syahid di Afghanistan pada tahun
1989. Akan menikah. Namun panggilan jihad di Afghanistan membuatnya rela
menggadaikan tabungan pernikahannya untuk membeli tiket ke tanah jihad,
Afghanistan, dan syahid di sana. Say: If your fathers, your sons, your
brothers, your wives, your kindred, the wealth that you have gained, the
commerce in which you fear a decline, and the dwellings in which you
delight, are dearer to you than Allah and His Messenger, and striving hard
and fighting in His Cause, then wait until Allah brings about His Decision
(torment). And Allah guides not the people who are Al-Fasiqoon (the
rebellious, disobedient) to Allah." [Quran 9:24].

Penutup

Banyak manusia yang berangan muluk dan berhasrat dengan cinta yang memenuhi
segenap jiwa, dan hari-harinya disibukkan oleh sang kekasih, hingga lalai
pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi laa haula wala quwwata illa billah.,
ternyata didahului takdir dan kematian merenggut nyawa.

Pernikahan menjadi moment yang paling dinanti oleh kebanyakan manusia di
dunia dan semua orang seakan berlomba mengagungkan cinta. Tetapi diantara
manusia-manusia itu, masih ada orang-orang yang rela meninggalkan apa yang
didamba oleh kebanyakan manusia, demi sebuah cinta sejati dan kerinduan akan
kehidupan yang abadi. "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhan-mu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al Fajr : 27 - 30).
(ayat al akrash)

Tidak ada komentar: