Sabtu, 02 Agustus 2008

Bis Seperti Apa Yang Kamu Tunggu?

Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis ketika akan berangkat pagi hari ke tempat kerja.

Sebuah bis datang, dan kamu bilang, "Wah.. terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh! Aku tunggu bis berikutnya aja deh."

Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, "Aduh bisnya kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah.."

Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak melihatmu dan lewat begitu saja.

Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, bisa kepanasan aku". Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi.

Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor.

Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju! Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.

Moral dari cerita ini :
sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.

Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.

Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju.
Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat...
tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri'! dan keluar dengan sopan.

Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.

Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan kamu menemukan bis yang kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu, agar dia dapat memberi kesempatan kepadamu untuk masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.

Lalu bis seperti apa yang kamu tunggu?

Rabu, 23 Juli 2008

Madrasah Cinta

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti jawabannya adalah kehamilan. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, seberat apa pun langkah yang mesti diayun, seberapa lama pun waktu yang kan dijalani, tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan; "positif".

Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya; menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedih atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna sekejap mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar.

Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak-anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak-anak. Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada didaftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan.

"Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya.

Tak jarang, ia urung membeli baju untuknya dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil. Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak.

Disaat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Uang sekolah anak, 2. Beli susu anak, ? nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.

Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu sudah menjadi orang dewasa yang bisa membeli makan siangnya sendiri di kampus.

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih sejak kecil," ujarnya.

Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibu lah madrasah cinta saya, sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran: cinta. Sekolah yang hanya punya satu guru: pecinta.
Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: yang dicinta. ( Thank's Buat Mas Bayu Gautama atas artikelnya )

Jumat, 13 Juni 2008

Untuk Calon Suamiku


Assalamu'alaikum calon suamiku, apa kabarmu hari ini? Mudah-mudahan kita selalu dalam lindungan-Nya. Masih diberkahi rahmad dan hidayah-Nya. Masih dinaungi Rahman dan Rahimnya. Mudah-mudahan dengan niat kita untuk menggenapkan setengah dien ini membuat kita semakin dekat kepada-Nya. Membuat kita semakin mencintai dan dicintai-Nya. Menjadikan kita hamba yang selalu taat dan istiqomah di jalan-Nya. Amin Ya Rob’al Alamin.

Calon Suamiku . . .
Sebelum kita mulai mengarungi lebih jauh bahtera mungil kita, adek mohon luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan memahami tulisan adek ini.

Duhai Belahan Jiwaku . . .
Janganlah engkau membayangkan adek adalah istri yang sempurna. Yang sesuai dengan harapanmu. Masih sangat banyak kekurangan adek yang belum engkau ketahui. Mungkin seiring dengan berjalannya waktu, seiring berjalannya kebersamaan kita engkau akan mengerti kebiasaan-kebiasaan adek yang tidak berkenan di hatimu, begitu juga mungkin sebaliknya.

Calon Suamiku...
Adek akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Adek ingin yang pertama dan terakhir bagimu. Untuk itu adek mohon engkau selalu bersabar membimbing adek, membenarkan apabila adek salah. Mengingatkan apabila adek lupa. Meluruskan apabila adek melenceng. Tegurlah adek apabila adek tidak sesuai dengan yang engkau harapkan.

Adek telah memutuskan untuk memilihmu dan engkau juga telah memutuskan untuk memilih adek. Mudah-mudahan ini adalah keputusan terbaik untuk kita. Apabila niat kita salah mudah-mudahan Allah SWT berkenan meluruskan niat kita. Meridhoi langkah kita. Amin Ya Rob’al Alamin.

Calon Suamiku . . .
Adek tiada akan pernah merasa kebebasan adek terhalang jika kelak engkau melarang adek untuk bebas keluar rumah tanpa seizinmu. Adek merasa aturanmu itu adalah karena engkau sangat merindukan dan mengkhawatirkan adek, sehingga engkau akan merasa gelisah jika adek tidak berada dirumah.

Adek tiada akan pernah merasa kebebasan adek terinjak-injak jika kelak engkau membatasi pergaulan adek. Adek merasa perlakuanmu itu adalah karena engkau terlalu mengasihi adek, sehingga engkau tidak ingin melihatk adek terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang akan mengantarkan adek memasuki pintu neraka.

Calon Suamiku . . .
Adek akan sangat berterima kasih jika kelak engkau membatasi kebebasan adek bukan karena ego-mu, tetapi karena engkau sangat memahami kewajiban dan tanggung jawab yang telah Alloh berikan kepadamu sebagai seorang suami.

Adek heran dengan para istri yg menyerukan kebebasan, sungguh sangat bodoh jika seorang istri merasa bahagia saat sang suami membebaskan cara berpakaian istrinya, tahukah sang istri bahwa perlakuannya itu pertanda sang suami tidak memiliki rasa cemburu kepadanya sekalipun banyak mata lelaki buaya yg menikmati kemolekan tubuh istrinya?

Dan adek heran dengan para suami yg memperbolehkan istrinya untuk keluar rumah dengan bebas, lalu saat sang suami pulang kerja didapatinya rumah berantakan dan tidak ada makan malam untuknya karena sang istri terlalu sibuk bekerja atau bergosip dengan tetangganya. Duhai calon suamiku, saat adek telah menjadi istrimu gunakanlah hakmu sebagai seorang suami untuk membimbing adek, agar adek tidak akan pernah terperosok ke dalam faham kebebasan yg penuh dengan tipu daya.

Namun saat melihat kenyataannya bahwa begitu banyak rumah tangga yg awalnya saling mencintai, harmonis, dan bahagia tapi tak lama berselang rumah tangga tersebut hancur tak bersisa dan tidak sedikit pula suami-istri yang saling menyakiti baik fisik maupun mental. Adek tak bermaksud untuk meragukanmu wahai calon suamiku, adek yakin suami yg bertakwa kepada Alloh pasti akan memperlakukan istrinya dengan baik.

Tapi sebelum adek memasuki kehidupan baru denganmu yang lebih jauh, izinkanlah adek mengajukan beberapa permohonan padamu agar engkau dapat memahami isi hati adek sebagai seorang wanita dan seorang istri?

Duhai calon suamiku, adek bukanlah robot yg tidak akan pernah merasakan letih, kelak bantulah adek dalam mengatur rumah tangga kita, jangan kau limpahkan semua urusan rumah tangga hanya pada adek, tanpa mau memperdulikan dan mengerti keletihan adek.

Duhai calon suamiku, adek bukanlah mahkluk bisu tempat engkau memuaskan nafsumu, kelak janganlah engkau mencumbui adek dengan cara yang kasar dan dingin, cumbuilah adek dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Duhai calon suamiku, Adek bukanlah patung tak berperasaan, kelak setialah pada adek, sayangilah adek, dan hormatilah adek layaknya ratu dalam hatimu.

Duhai calon suamiku, Sungguh yang adek harapkan hanyalah kebahagiaan dalam rumah tangga kita, yang adek inginkan adalah ridha dari dirimu, yang adek dambakan hanyalah genggaman tanganmu yang akan membawa adek ke surga dunia dan akhirat. Untuk itu ajaklah adek untuk menyelami kehidupan yang paling berbahagia, mari kita saling mengerti, memahami, dan mengasihi selayaknya dua insan yang raga dan jiwanya telah saling menyatu. Oh sungguh bahagianya adek jika memiliki suami yang akan mengajari adek dengan cinta dan membimbing adek dengan kasih sayang. SUBHANALLOH.

Duhai calon suamiku. sebelumnya adek ingin berterima kasih padamu karena kelak engkaulah yang akan membawa adek memasuki surga yang tiada akan pernah terbayangkan indahnya, engkaulah yang akan menuntun adek mencapai Ridha Illahi, engkaulah yang akan menjaga adek dalam mengarungi lautan hidup, engkaulah yang akan menjadi sandaran saat raga adek terasa letih dan bersedih, engkaulah yang akan membantu adek untuk menjadi seorang ibu yang paling berbahagia, engkaulah yang akan menemani adek disaat usia adek telah senja, dan engkaulah yang akan menjadi tempat untuk adek mencurahkan seluruh perasaan hati adek.

Sungguh adek akan menjadi istri yg paling berbahagia jika memiliki suami yg menyayangi dan mencintai adek karena Allah. Dan semoga itu adalah dirimu.

Calon Suamiku, Adek sangat sadar Menikah bukan untuk sehari, sebulan atau setahun tetapi seumur hidup kita. Kita tak pernah tau apa yang akan terjadi pada satu detik kedepan. Tapi adek selalu berharap dan berdo’a mudah-mudahan kita dijadikan suami istri yang saling mencintai, mengasihi, menyayangi didunia dan diakhirat. Amin. Semoga Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohman, penuh kasih sayang dan ketentraman. Mengaruniai kita anak-anak yang sholeh dan sholehah yang akan memakmurkan bumi dengan kalimah-Nya. Menjadi mujahid dan mujahidah tangguh. Amin Ya Rob’al Alamin.

Mudah-mudahan tidak ada yang akan memisahkan kita selain ajal menjemput dan adek berharap sangat berharap kita akan bersatu lagi diakhirat kelak. Dalam cinta kasih yang sejati, yang abadi dan yang hakiki. Sebisa mungkin adek akan berusaha mentaatimu, selama engkau mentaati Allah, Rosul dan Ulil Amri kita.

Calon Suamiku sekian surat cinta untukmu yang kutulis penuh dengan kasih dan harapan. Semoga Alloh selalu Meridhai dan Memberkahi rumah tangga kita nanti dengan kebahagiaan yg tiada akan pernah berakhir. Amin Ya Robb’al ’Alamin.

Wassalamu'alaikum WR WB

Senin, 02 Juni 2008

Mencintai Itu Keputusan


Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya.
Lekat-lekat. Nanar. Gadis itu masih terlalu belia.
Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah.
Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya.

Sebentar. kemudian ia pun berkata,
"Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang kamu temui di sini". Itulah kalimat pertama Utsman bin Affan ketika menyambut istri terakhirnya dari Syam, Naila.

Selanjutnya adalah bukti.
Sebab cinta adalah kata lain dari memberi. Sebab memberi adalah pekerjaan..
Sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan
melindungi itu berat.

sebab pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam waktu lama.
sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh.

Maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia mengatakan, "Aku mencintaimu". Kepada siapapun! Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian disitu.
Aku mencintaimu, adalah ungkapan lain dari Aku ingin memberimu sesuatu.
Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain dari, "Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia..."
"aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin..."
"aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang akan kulakukan padamu ..."
"aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu...."

Dan proses pertumbuhan itu taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita cintai terhadap
integritas kepribadian kita. Sekali kamu mengatakan kepada seseorang, "Aku mencintaimu", kamu harus membuktikan ucapan itu.

Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.

Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang lenyap.Tidak ada cinta tanpa kepercayaan.
Begitulah bersama waktu suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya. Atau anak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya. Atau sahabat kehilangan kepercayaan kepada kawannya. Atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya.

Semua dalam satu situasi: cinta yang tidak terbukti. Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.
Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh karena tidak dipercaya rakyatnya.

Jalan hidup kita biasanya tidak linear. Tidak juga seterusnya pendakian. Atau penurunan. Karena itu, konteks di mana pekerjaan-pekerjaan cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional

Tapi disitulah tantangannya: membuktikan ketulusan di tengah situasi-situasi yang sulit. Di situ konsistensi teruji.
Di situ juga integritas terbukti.
Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta di tengah situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktikannya dalam waktu yang longgar.

Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya mengatakan bahwa hati dan jiwanya penuhseluruh. Bahagia sebahagia-bahagianya. Puas sepuas-puasnya. Sampai tak ada tempat bagi yang lain. Bahkan setelah sang pencinta mati.

Begitulah Naila. Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya dengan cinta. Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh. Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu.

Jumat, 30 Mei 2008

Untuk Suamiku..

Ya ALLAH,
Aku berdoa untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku.
Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.
Wajah ganteng dan daya tarik fisik tidaklah penting.
Yang paling penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau
dan memiliki keinginan untuk menjadi seperti Engkau (menauladani sifat-sifat Agung Mu).
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.

Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang pria yang tidak hanya memujaku
tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu & situasi.
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika berada disebelahnya.

Aku tidak meminta seorang yang sempurna,
Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Dan aku juga meminta:
Buatlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat,pria itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU,
sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU,
bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.
Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMU bukan dari luar diriku.
Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya
dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat,
sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari,
dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu,
aku berharap kami berdua dapat mengatakaan
“Betapa besarnya ALLAH itu karena Dia telah memberikan kepadaku
seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna”.
Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu
pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kautentukan.

Just For All

Pernikahan atau Perkawinan, membuka tabir rahasia……
Proses pencapaiannya memakan satu perjalanan panjang..
Kadang, untuk menuju ke sana,
Allah Yang Maha Bijaksana pun justru memberi kesusahan untuk menguji kita..
Tak jarang Ia melukai hati, hingga hikmahnya tertanam dalam..
Tak perlu kita pertanyakan, “apa maksud Allah ?”
Karena andai kita berbesar hati dan mau mencerna,
Allah punya alasan tersendiri yang memang sukar dimengerti…

Yang pasti..
jika kita kehilangan cinta, kita harus tetap percaya
bahwasanya, ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik..
Menunggu….! itu satu pilihan..!
Toh, walaupun suami yang kau tunggu tentunya tidaklah semulia Muhammad…
Tidaklah setakwa Ibrahim….
Pun tidaklah setabah Ayub…
Atau segagah Musa…
Apalagi setampan Yusuf..
Tapi….
setidak-tidaknya, suamimu adalah pria akhir zaman..
Yang bercita-cita membangun keturunan yang sholeh…

Mengapa menunggu..?
Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa…
Karena walaupun kita ingin cepat, kita tidak ingin sembarangan….
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita inginkan, kita tidak ingin kehilangan jati diri dalam proses pencarian itu….
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu…
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu…
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu….

Tentunya…
tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, orang yang kita inginkan, orang yang dicintai dan mencintai, ketimbang memaksa dan memuaskan diri dengan apa yang ada……
karena…hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah..
Berani bertindak gegabah, layaknya berani menerima resiko….
Bunga mawar tak mekar dalam semalam, namun bisa layu dalam sedetik…
Kota Palestina tak dibangun dalam sehari, namun bisa hancur dalam sekejap..
Perkawinan tak dirajut dalam pertimbangan sesaat, namun bisa saja musnah, juga dalam sesaat….!

Pernikahan atau Perkawinan, bukanlah akhir dari sebuah perjalanan…
Itulah yang kelak mengajarkan kita kewajiban bersama…
Suami menjadi pelindung, istri penghuninya….
Suami adalah nahkoda kapal, istri navigatornya
Suami bagai balita yang nakal, istri penuntun kenakalannya…
Saat suami menjadi raja, istri menikmati anggur singgasananya..
Seandainya suami supir yang lancang, sabarlah memperingatkannya…

Akan halnya…
Haruskah terus menunggu..?
Jawabannya ada pada diri kita…
Pastinya, menunggu mempunyai suatu tujuan yang mulia dan misterius…
Menguji kadar iman dan takwa….
belajar meniti sabar dan Ridha….
Seribu kali gagal, seribu satu kali mengulangi….
Toh, tak perlu mendambakan yang benar-benar bersahaja….
Karena memiliki suami yang tak cela,
justru kamu kan tersentak dari alpa…
Kamu bukanlah Khadijah….
yang begitu sempurna dalam menjaga…
Pun bukanlah Hajar…
yang begitu setia dalam sengsara….
Kamu hanyalah seorang wanita biasa,
yang terus berusaha menjadi Sholehah….

Pada akhirnya…
Cinta yang agung, terus bertambah selama kehidupan….
Banyak hal yang indah, memang memerlukan waktu yang tak singkat….
dan penantian yang tak pasti….

Akan tetapi….
Walaupun menunggu membutuhkan pengharapan…
Namun tetap menjanjikan satu hal yang tak dapat seorangpun bayangkan..
Mari kita kembalikan kepada-Nya…
Dia Yang Maha Pengatur, dengan segala keagungan-Nya menuntut kita untuk selalu bersabar dalam setiap penantian…..

Kamis, 15 Mei 2008

Menjaring Cinta Di Dunia Maya


"Etha"

"25 tahun, wanita, Jakarta"

Barisan kata diatas adalah kata-kata yang biasa muncul di layar monitor komputer dalam sebuah dialog antar dua layar yang biasa disebut chatting. Sebuah fasilitas dialog dunia maya (internet) yang sedang digemari terutama oleh kalangan muda dan profesional. Penggunaannya kemudian tidak hanya sebagai sarana komunikasi seperti halnya telepon, surat ataupun email.

Internet dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan begitu memanjakan para penggunanya. Hanya dengan memainkan jari jemari sekedar menekan 'tuts' dan mengklik 'mouse' sepersekian detik saja anda sudah mampu menembus dunia tanpa batas ruang dan waktu. Dan salah satu yang sedang digemari dan tetap banyak penggunanya hingga saat ini adalah chatting.

Di kalangan muslim, fasilitas chatting awalnya digunakan untuk ajang silaturahim dan taushiah. Namun seiring perkembangan kebutuhan serta kesibukan para penggunanya, disamping juga sifat 'memanjakan' yang diberikannya, fasilitas tersebut tidak hanya menggantikan peran surat yang dianggap 'tradisional' disamping juga karena faktor kelambatan penyampaian informasinya, telepon yang biayanya relatif lebih mahal terlebih jika harus menggunakan sambungan interlokal, bahkan media-media silaturahim dengan acara 'tatap muka' pun bisa tergantikan dengan fasilitas satu ini, karena anda bisa mengirimkan gambar (pic = singkatan dari 'picture') ke layar teman bicara anda.

Awalnya, setiap pengguna (user) pemula adalah coba-coba atau sekedar iseng karena diberitahu teman sedkit tentang 'nikmat'nya ber-chat ria di depan layar komputer. Awalnya pula anda akan seperti orang 'bego' saat barisan kata-kata muncul di layar monitor anda dan kemudian anda tertarik untuk menjawab setiap pertanyaan yang muncul. Namun kemudian setelah sekian lama mencoba, anda mulai menikmati dan membenarkan cerita teman anda tentang nikmatnya chatting. Anda sudah mulai faham istilah-istilah seperti; asl, btw, thx, fyi, dan lain-lain dimana sebagian istilah tersebut juga berlaku dalam pengiriman surat elektronik (email) ataupun kode-kode seperti :), :(, :D, :p, :)), ;-| dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, secara tidak sadar anda mulai sering senyum-senyum bahkan tertawa sendirian seolah lawan bicara anda yang letaknya entah dimana itu sedang berada persis didepan anda.

Tebar Pesona di Dunia Maya

Bisa dipastikan, kecenderungan setiap chatter (para pengguna fasilitas chat) adalah menyembunyikan identitas aslinya, hal itu terlihat dari nickname yang mereka gunakan sebagai identitas awal mereka. Namanya bisa terkesan sangat asing atau tidak sedikit yang kadang konyol bahkan mengada-ada. Co-keren, co-cute, barbiegirl, ce-manis, whitesoul dan lain-lain adalah sedikit contoh dari jutaan nickname yang biasa mangkal di berbagai chatroom.

Sudah menjadi sifat manusia untuk tidak percaya dengan orang lain, terlebih yang baru dikenalnya. Itulah salah satu alasan kenapa para chatter cenderung menyembunyikan identitas aslinya. Tidak hanya pada nama, bahkan informasi yang berkenaan dengan usia, tempat tinggal (lokasi), pekerjaan dan tempat kerja, sampai --ini yang paling sering dirahasiakan-- marital status!

Sikap kehati-hatian yang menjadi alasan awal untuk menyembunyikan identitas itu kemudian berlanjut dalam obrolan berikutnya, selanjutnya dan seterusnya. Bisa dikatakan, karena awalnya sudah memalsukan identitas -kalau tidak terlalu kasar untuk disebut berbohong- maka jawaban-jawaban atau pernyataan seterusnya akan cenderung palsu juga. Uniknya, meski para chatter seolah sudah saling mengerti bahwa masing-masing lawan bicara cenderung 'omong palsu' karena mereka pun melakukan hal yang sama, para chatting mania itu ternyata sangat menikmati obrolan (palsu) tersebut.

Maka tidaklah mengherankan jika chatting kemudian berkembang menjadi suatu arena 'tebar pesona' diantara para penggunanya. Mulai dari atraksi intelektual, untaian kata indah menyentuh hati (biasanya dilakukan terhadap lawan jenis) hingga rayuan gombal pun tidak lepas menghiasi layar monitor anda. Meski demikian tidak semua chatroom berisi hal-hal penuh kepalsuan dan juga para chatter yang cenderung berbohong, karena tentu masih ada chatroom-chatroom yang lebih mengkedepankan aspek-aspek dialog bermanfaat dengan para chatter yang juga melakukan chatting dengan tujuan yang relatif lebih jelas, lebih bernas ketimbang sekedar tebar pesona atau curhat-curhatan. Untuk kelompok yang satu ini, bahkan mereka tidak segan-segan keluar dari chatroom jika pembicaraan sudah mengarah kepada hal yang sia-sia dan kurang bermanfaat.

'Pacaran' di Dunia Maya

Sebuah situs Islam lokal di Indonesia yang menyediakan fasilitas konsultasi dan tanya jawab seringkali mendapatkan email-email dengan pertanyaan yang hampir sama, seperti, "bolehkah ta'aruf dengan lawan jenis melalui internet/chatting?" atau bahkan "apa hukumnya mencari pasangan hidup dari hasil chatting?"

Bahkan ada netters yang terang-terangan mengakui bahwa dirinya lebih 'pede' (percaya diri) melakukan obrolan melalui chatting atau email daripada harus bertemu langsung. Di kalangan pemuda-remaja muslim, chatting dianggap sebagai wadah yang lebih 'safety' untuk melakukan silaturahim atau berdiskusi ketimbang harus bertatap muka dengan resiko berkhalwat. Maka dengan anggapan yang bisa dibilang terburu-buru itu, maraklah chatroom-chatroom itu dipenuhi oleh para muslim-muslimah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang notabenenya berlabel aktifis.

Pada satu sisi, kemajuan teknologi memang tidak dapat dibendung lajunya dan sebagai muslim yang juga ingin maju sudah tentu tidak ingin ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dan trend teknologi terbaru jika tidak ingin disebut 'gaptek' atau gagap teknologi. Namun disisi lain tanpa disadari telah menggeser sedikit demi sedikit norma-norma pergaulan yang awalnya menjadi sesuatu yang tabu dilakukan antar lawan jenis. Misalnya, yang biasanya 'tidak berani' berbicara langsung dengan alasan menundukkan pandangan dan menghindari berkhalwat, kini bebas ber 'haha-hihi' di ajang chatting meski satu sama lain belum betul-betul saling mengenal.

Tidak sampai disitu, dari mulai mentertawakan bersama hal-hal yang lucu yang muncul dari barisan kata-kata di layar monitor sampai pengungkapan identitas diri yang sebenarnya, memberikan jawaban-jawaban atau solusi atas setiap permasalahan teman bicaranya, yang kesemuanya masuk dalam skenario tebar pesona para chatter, dimana hal itu tidak berani mereka lakukan di dunia nyata dengan alasan tidak 'pede' karena berbagai kekurangan fisik dan nonfisik yang dimilikinya, muncullah benih-benih harapan baru bahwa ingin menjadikannya lebih dari sekedar teman bicara atau berdiskusi. Ajaib memang, manusia-manusia yang selama ini mengalami gejala inferiority, internet mampu menyulapnya menjadi manusia superior yang penuh percaya diri, setidaknya selama ia masih berada di dunia maya.

Jadilah hari-hari selanjutnya penuh pesona bunga merona cinta. Ayunan jari jemari diatas tuts keyboard seakan menjadi saksi betapa mereka sedang dibuai asa merenda masa depan. Barisan kata-kata yang tertuang di layar monitor mulai terukir indah penuh makna, perhatian bahkan kasih sayang dan cinta. Setelah itu, timbullah keinginan untuk copy darat, istilah para chatter untuk melakukan pertemuan atau tatap muka secara langsung untuk mengakhiri rasa penasarannya selama ini akan wujud asli dari si pembuai maya.

Ups! Sampai disini hati-hati karena bisa jadi tanpa disadari anda sudah melakukan zina hati. Jika chatting yang anda lakukan sudah mengarah kepada hal-hal yang tidak ada bedanya dengan layaknya orang berpacaran, seperti mengumbar pesona untuk menarik hati, memberikan perhatian yang berlebihan yang belum sepantasnya anda lakukan, memberikan atau menaruh harapan yang berlebihan akan cinta dan cita masa depan.
Bukan berarti juga ada larangan melakukan chatting untuk tujuan ta'aruf pra nikah. Hanya saja masalahnya, hal itu tidak dikondisikan dan dikomunikasikan sedemikian baik dan terjaga dari permainan hati yang bisa jadi syaitan bermain di dalamnya (na'udzubillaahi min dzalik).

Jika kita bisa berbicara (soal hati dan kecenderungan terhadap lawan jenis) dengan kadar yang sewajarnya, dengan hati yang tetap terjaga dari kemungkinan munculnya hasrat yang cenderung kepada nafsu, dengan sikap dan kata-kata yang tidak akan merusak dan menghilangkan hakikat tujuan dari ta'aruf dan ukhuwah itu sendiri serta tidak malah terjebak pada permainan kata-kata perhatian (taushiah) berselubung cinta, tentu masih bisa dibenarkan. Namun masalahnya, seberapa dari kita yang benar-benar siap dan sanggup melakukan hal tersebut. Dan jika secara jujur dalam hati ini merasa berat, sebaiknya hindari dan lebih baik memilih lawan bicara yang sejenis untuk lebih menjaga hati tetap bersih. Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama)

Bismillah Ya Allah Aku Akan Menikah

Demi menggapai cinta-Mu Ya Robb
Kusiapkan untuk menggenapkan setengah dien-Mu
Demi menggapai ridho-Mu Ya Robb
Kutinggalkan cintanya
Ku berharap Engkau senantiasa mengampuni hamba Ya Allah
Meridhoi dan membimbing langkah hamba
Amin

Cintaku . . .
Maafkan karena aku meninggalkanmu
Maafkan karena aku tak bisa menantimu
Bukan karena aku tidak mencintaimu
Bukan berarti aku tak menyayangimu

Sekali lagi bukan itu
Aku ingin lebih menggapai cinta-Nya
Aku ingin lebih memelihara kesucian dan kehormatanku
Aku tak ingin setiap hari berbuat dosa dengan memikirkanmu
Merindukanmu
Membayangkanmu
Padahal kau belum halal bagiku

Cintaku . . .
Kuharapkan doa'mu
Ikhlaskan aku
Untuk mengarungi bantera ini
Dengan selain dirimu

Ku do'akan kau juga akan segera menemukan penggantiku
Yang bisa menenteramkan jiwamu
Yang menjadi pelabuhan terakhirmu
Dan terima kasih untuk semua cinta, sayang dan semua yang telah kau berikan padaku

Mungkin hanya ini yang bisa ku tulis
Dengan keikhlasanmu Bismillah aku akan menikah.

Kamis, 24 April 2008

When You're Falling In Love

Apa sih yang terjadi kalo kamu jatuh cinta ?

Asal tahu aja , cinta itu betrasal dari reaksi
kimiawi, dopamine dan norepineprine, menghasilkan PEA,
phenilethilamine. It,s why your knee goes weak, your
palm sweats, your stomach does flip flops.

Parah en norak abis kan akibat yang
ditimbulkan dari perasaan jatuh cinta? Sampai lutut
terasa lemas, telapak tangan berkeringat, dan perut
terasa diaduk-aduk ketika kamu bersama si jantung
hati?

Beban perasaan yang tak tertahankan itu yang
sering membuat anak-anak muda, dan orang yang jatuh
cinta, cenderung lepas kendali karena gak kuat
membendung berbagai rasa yang'enak-enak tapi tak
enak'. Satu lagi, coba deh kamu pikirin, kira-kira
dalam keadaan dipenuhi reaksi kimiawi tubuh yang
demikian, berapa banyak sih dari kita yang bisa
melihat jernih, dan memutuskan satu tindakan dengan
obyektif dan matang?

Rule number one : Jangan percaya dengan
kuputasan/tindakanmu ketika jatuh cinta!
Lebih baik nanya deh sama orang-orang
terdekat, ortu, sahabat, guru atau sosok yang
menurutmu bisa enak diajak curhat dan sejauh yang kamu
kenal, bisa memberikan pertimbangan yang baik, Sebab
orang yang jatuh cinta biasanya bersikap membabi buta.

Beneran gak sih jatuh cinta?

Nah, ini dia juga harus kamu tanya bener-bener
dalam hati. Ketika kau 'fallen' seberapa sih kamu
yakin en mantaps (bener-bener mantap gitu) bahwa kamu
sungguh jatuh cinta sejati? Bukan sekedar suka atau
simpati atau kagum sesaat belaka? Bukan
cinta.monyet!???

Jeleknya, banyak yang tertipu dengan perasaan
cinta. Ketika itu terjadi, mereka mikir, mereka dah
jatuh cinta, mentok abis. Artinya gak bisa berpaling
ke lain hati (ceile.). Orang-orang yang jatuh cinta
bilang, entahlah apa yang terjadi kalo mereka sampe
kehilangan pasangan yang mereka cintai.

"Kalo gue sampe putus sama dia, gue mungkin
gak akan bisa makan seminggu!'
"Gue sih gak bakalan bisa tidur. Pasti tiap
malam selama tujuh bulan nangis habis2an, dan bikin
pulau sebanyak-banyaknya di bantal."

"Nnng. kalo aku rasanya gak bakalan pernah
jatuh cinta lagi sama siapapun. She is the only one I
love!"
Yang lebih drastis mungkin berkata nekad: "Gue
bisa-bisa bunuh diri! Paling sedikit jadi gila!"
Lucunya, ketika kemudia mereka putus dengan
pacarnya, banyak yang dua hari kemudian udah jatuh
cinta lagi, kali ini lebih dahsyat! Tidak ada air mata
(kalopun ada sehari dua aja), gak ada yang mogok makan
berminggu-minggu, menjadi gila ataupun bunuh diri.
Meskipun untuk yang terakhir bukan tidak pernah
terjadi, ada, namun lebih banyak yang survive dari
patah hati. Dan kemudian jatuh cinta lagi, lagi,
lagi.dan lagi.

Bahkan ada yang ketika kesedihan meredup
(putus atau cinta bertepuk sebelah tangan), bisa
dengan terheran-heran dan geleng-geleng kepala,
nomong: "Kok gue bisa jatuh cinta sama dia? Masa gue
jatuh cinta sama cowokl yang naik kelas aja engga?!"

Rule number two: Jangan cepat percaya kalau
dialah cintamu yang sejati!

Dua orang pacaran, kamu cinta mati, dia gimana.?

Banyak banget berita di Koran tentan cowok
yang melakukan tindak kriminal terhadap pacar atau
tunangannya sendiri. Ini serius! Kamu mungkin
bertanya-tanya dalam hati dan gak yakin, gimana bisa
orang yang jatuh cinta menyakiti orang yang dicintai
orang yang dicintai? Dan bahkan bukan karena diancam
putus?

Tapi fakta membuktikan banyak banget kasus
kejahatan yang menimpa mereka yang pacaran, dan
dilakukan oleh pasangannya.

- Ada yang dibunuh dan disimpan di lemari kamar
kost pacarnya hingga berbulan2, baru mayatnya
ditemukan keluarganya.

- Ada yang menolak diajak hubungan intim,
kemudia dianiaya, hingga cacat permanen, nyaris semua
bagian tubuhnya menciut, dan sampai sekarang hanya
bisa terbaring di tempat tidur. Menjadi beban bagi
keluarga, padahal dia adalah anak sulung yang dulunya
menjadi tumpuan harapan keluarga.

- Yang diperkosa, atau kemudian hamil akibat
hubungan intim, dan ditinggal kabur, apalagi. Jumlah
kasusnya gak terhitung.

Kejadian-kejadian di atas sebetulnya membuktikan satu
hal: Orang yang melakukan tidak sungguh-sunguh
mencintai. Betapapun kelihatannya sangat mencintai,
penuh kasih sayang, penuh perhatian. No way! Orang
yang mencintai, tidak akan mungkin menyakiti.

Rule number three : He may not love you the may he
seems. Jangan percaya dia mencibntai kamu
sungguh-sungguh, betapapun kelihatannya!

Jatuh Cinta, Untuk Apa?

Suatu hari kamu mungkin bertemu cowok atau
cewek yang begitu menarik dan membuatmu jatuh cinta.
Dia mungkin mencintaimu. Mungkin tidak. Kalu tidak,
maka bersyukurlah karena sebetulnya bertepuk sebelah
tangan tidak seburuk kelihatannya, seringkali justru
itu menyelamatkanmu dari harl-hal buruk yang mungkin
saja terjadi.

Ingat, sebagati manusia, seringkali kita
terkecoh dengan penilaian kita yang memang hanya
menilai berdasarkan tampak luar saja. Serahkan pada
Allah, kalau memang Dia tidak mengizinkan barangkali
karena memang sosok tersebut tidak baik untuk kamu.
Oke?

Kalau dia mencintaimu juga, gimana?
Well, kamu bisa mengajukan pertanyaan ini pada
dirimu sendiri, "Jatuh cinta, dicintai, untuk apa?"
Jika hanya untuk pacaran, sebandingkah
perasaan bahagia yang sesaat dengan resiko yang
mungkin terjadi? Dunia super duper indah yang
digembargemborkan banyak media kita, dan melenakan,
sebetulnya hanya dunia palsu dimana dua orang berusaha
tampil sebagus mungkin di hadapan pacarnya!

Ingat baik-baik, doi mungkin tidak sebaik
kelihatannya! Hanya Allah yang Maha Melihat, dan Maha
tahu!
Lagian, ngapain juga pacaran?
Apa sebagai sandaran agar semangat belajar?
Begitu tidak ada artinyakah nilai kuliah, yang
dibiayai susah payah oleh ortu, sehingga pantas
dipertaruhkan di pundak pacar kita?

Pacaran untuk saling kenal? Terus kalo udah
kenal mau apa? Wayyo!
Pacaran untuk penghematan, biar kemana-mana
ada yang ngantarin? Wah, fungsi pacar yang begini mah,
bisa diganti sama tukang ojek! Hehe.

Anyway, Rule number four : Keep asking your
heart, pacaran untuk tujuan apa? Betulkah seperlu itu
dan berbagai proyek hidup kita akan hancur kalau tidak
melakukannya?

Kecuali kamu sudah dalam usia siap menikah,
dan merencanakan untuk menikah. Tapi kalau memang
begitu, ngapain juga pacaran? Mendingan merit! Ya gak
seh?

Not ready yet?

Naksir berat, pengen nikah tapi belum kerja? Atau
belum kelar kuliah? Atau belum siap?
Sebetulnya untuk nikah, barangkali gak ada orang yang
benar-benar siap ketika hari H (Heboh) itu tiba.
Adanya pekerjaan, kuliah selesai juga tidak menjamin
kebahagiaan sebuah pernikahan. Tapi dengan niat yang
teguh kukuh berlapis baja, insya allah semua tantangan
pernikahan bisa kamu hadapi.

Tapi kalo memang bener-bener belum mantap gimana dong?
Ya, kasiaaaaaaaan deh kalo gitu, hehe.
If u r not ready yet, berarti gak ada pilihan. Hidupin
puasa senin kemis, sibukin diri sama berbagai
kegiatan. Bohong besar kalimat yang mengatakan muda
foya-foya tua kaya raya mati masuk surga. Jadi isi
masa muda dan pranikahmu dengan mencetak karya
sebanyak-banyaknya, gali potensi. Bikin bangga ortu,
dan calon istri serta calon mertua di masa depan
(bukan yang ditek-in dari sekarang lho!), sekaligus
jadi kebanggaan umat Muhammad!

Atau pendeknya, Rule number five: Isi hidup pranikah
dengan karya! Jadi jika takdir ternyata mengatakan
kita gak keburu nikah, karena umur pendek, at least
kita siap menghadap-Nya! (bukan nakut2in, tapi yang
namanya mati kan satu-satunya kepastian dalam hidup
kita, setuju ya?)

Apalagi?
Rule number six: Kenakan masker takwa untuk virus
merah jambu. Berlaku pada semua panca indera dan jiwa.
Hingga saat indah itu, mudah-mudahan Allah menjagamu,
tetap suci, terhormat, dan indah. Amin

Pengharapan

Setelah kamu memberi banyak
PENGHARAPAN
kepada seseorang...
Setelah ia mulai MENYAYANGIMU hendaklah
kamu MENJAGA hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan TERLUKA oleh kenangan bersamamu
dan mungkin TIDAK dapat
MELUPAKAN segalanya selagi dia mengingatmu....

Jika kamu memiliki seseorang,
TERIMALAH seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan
janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa....
Anggaplah dia manusia biasa.
Apabila sekali dia melakukan KEKHILAFAN tidak mudah
mudah bagi kamu untuk
menerimanya.... akhirnya kamu KECEWA dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu MEMAAFKANNYA boleh jadi
hubungan kamu akan TERUS hingga ke akhirnya....

Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan.....
yang pasti membawa KEBAIKAN kepada dirimu.
Menyayangimu. Mengasihimu.
Mengapa kamu berlengah, coba
MEMBANDINGKANNYA dengan yang lain.
Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan KEHILANGANNYA??..

apabila dia menjadi milik orang lain
Kamu juga yang akan MENYESAL....

Jumat, 28 Maret 2008

Untuk Seseorang

Mungkin setitik keraguan itu mulai hadir
Setetes kegalauan itu mulai ada
Ia yang seperti awan
Datang dan pergi tak menentu
Kadang ia datang
Disaat aku tak membutuhkan
Dan pergi disaat aku sangat membutuhkan

Aku sudah berusaha mengakhirinya
Tapi selalu tak pernah berakhir
Karena ia selalu mendekat
Disaat aku berusaha menjauh
Dan ia menjauh disaat aku berusaha mendekat
Aku tidak tahu
Apakah aku yang kurang memahaminya
Ataukah justru dia yang tidak memahamiku

Aku lelah Ya Allah
Aku kecewa padanya
Sebagaimana mungkin Engkau telah kecewa padaku
Karena kulabuhkan rasaku pada tempat yang tidak semestinya
Karena aku tidak memakai jalan yang Kau ridhoi
Karena telah kutitipkan usia remajaku pada sia-sia

Ya Allah ...
JIka kekecewaan ini dapat membuat-Mu kembali mencintaiku
Aku rela Ya Allah
Jika sakit ini dapat kembali menerangi gelap jalanku
Aku ikhlas Ya Allah
Karena kecewa dan sakit ini tak sesakit bila kehilangan cinta-Mu
Tak sepahit bila kehilangan kasih-Mu
Asal Engkau selalu meridhoi setiap tarikan nafasku
Dan tidak melepaskan aku dari genggaman-Mu
Itu sudah cukup membahagiakanku

Biarlah kutitipkan rasa cinta ini pada-Mu Ya Allah
Karena aku terlalu lemah untuk menanggungnya
JIka ia memang telah kau ciptakan untukku
Kirimkanlah ia dengan ridho-Mu
Satukanlah kami dalam ikatan suci-Mu
Engkaulah yang maha mengetahui
Yang terbaik untuk hamba-Mu yang hina dan daif ini

BETAPA INGINNYA AKU MENCINTAIMU

(Bagi Yang Mencari dan Belum menemukan Dimana Cinta Itu)

Medio Juli 2001

Tidak ada bulan madu, menurutku semua hanya perjalanan kodrati tanpa kekuatan cinta. Expresi tanpa nyawa dari kebutuhan mendasar manusia. Juga tidak ada keterikatan, buatku. Hanya sebuah tanggung jawab dari sebentuk janji yang sekuat janji para nabi. Sungguh. Juga penghambaan pada-Nya, yang telah menggariskan pertemuan ini. Meski masih sering muncul Tanya, mengapa laki-laki ini yang Ia kirimkan? Apa istimewanya? Tapi aku tidak berani kurang ajar dengan berlaku seenaknya. Suami adalah qowwam. Bahkan dengan predikat itu, ia telah dengan sukses mengkudeta kedudukan orang-orang terdekatku. Ayah, Ibu, Adik… juga sahabat. Terlebih ketika aku telah jauh dari mereka. Ribuan kilo jaraknya. Ah. Tadinya kupikir cinta dan rindu akan datang begitu saja, saat aku telah resmi menjadi istrinya. Ternyata ? Benar kata orang jawa, witing tresno jalaran saka kulina, tumbuhnya cinta karena telah terbiasa. Dan dia? Bahkan aku masih merasakan asing dan jauh. Bisakah waktu menyelesaikan semuanya? Semoga. Bukankah Allah yang menjanjikan cinta itu? Waja’alnaa bainakum mawaddataw wa rohmah. Tapi setahuku tidak begitu saja dikaruniakan, tetap ada sebuah upaya kemanusiaan untuk menggapainya. Terlebih kami menikah dengan semangat dakwah. Bukan menuruti emosional atau sekedar selera manusia. Maka aku yakin, janji Allah akan kami temui.

Akhir juli 2001
Robbi . . . masih jauhkan perjalanan mencari cinta itu? Sudah dua bulan kusandang predikat sebagai istri. Aku memang selalu menyambutnya dengan senyum, bahkan berdandan rapi, wangi. Aku juga menyiapakan makan, menemaninya ngobrol meski Cuma sebentar (karena ia begitu sibuk diluar), me . . ., ah. Tanpa getar, sebatas memenuhi kewajiban, itu saja. Sebuah kisah dimasa khalifah Umar, memenuhi kepalaku. Kisah seorang laki-laki yang akan menceraikan istrinya, karena sudah tidak mencintainya lagi. Apa kata khalifah Umar? Haruskah rumah tangga selalu ditegakkan dengan cinta? Tidak cukupkah dengan tanjung jawab saja? Tanggungjawab. Ya, kata-kata itu yang selalu kupompakan saat hati mulai gundah. Bagaimanapun aku tetap butuh cinta. Sebuah kekuatan lain yang akan membuatku makin ikhlas berlaku padanya. Bagaimana? Aku hanya manusia biasa. Sangat biasa.


Kadang aku bertanya, apakah ia juga gelisah mencari cinta sepertiku? Entahlah. Aku tidak berani menebak. Aku takut bila kemudian tahu, iapun belum mencintaiku. Lebih dari seharian ia tidak bersamaku. Kerja, rapat, silaturahmi. Brrr, aku? New comer yang tidak tahu
medan, tidak punya teman, belum ada kegiatan. Bisa apa? Aku hanya pergi kalu suamiku mengajakku pergi. Selebihnya aku hanya dirumah berteman buku. Sendiri. Sepi.

Rindunya aku pada keluargaku. Pada teman-teman dekatku. Pada daerah asalku. Mengapa setelah aku jauh, rindu itu begtu mudah hadir dan memaksa air mataku mengalir. Mengapa setelah aku menjadi “milik” orang lain, cintaku pada teman-teman semakin dalam terukir? Ataukah, . . . karena sampai saat ini, aku tetap belum berhasil mencintainya? Ah, terlalu jauh. Bahkan merasa dekatpun belum juga. Sebuah perasaan, yang sering membuatku menangis, tanpa bisa mengatakan apa-apa kepadanya. Aku tahu, ia kecewa saat dalam tangisku itu aku tetap diam seribu kata. Tapi bagaimana lagi? Sebutan suami belum cukup bagiku untuk seketika berbagi. Hatiku jeri, ternyata wanita bukan hanya butuh dicintai tapi juga mencintai. Itulah yang sekarang kupahami.

Aku merasa diproteksi. Aksesku dengan teman-temanku dulu, terlebih yang putra dibatasi. Meski sekedar email atau sms. Teganya. Cinta itu semakin jauh. Salah. Sungguh salah kalau ia pikir, aku bisa mencintainya setelah mereka jauh dari kehidupanku. Cinta seorang perempuan, lahir karena kedekatan perasaan. Dan dia, suamiku belum melewati fase itu. Bagiku.

Awal Agustus 2001
Aku hamil! Alhamdulillah yang terlantun dari bibirku, terasa gamang dihentak perasaan. Suamiku gembira. Aku? Entahlah. Satu amanah lagi bertambah, sedangkan amanah yang lain belum juga tertunaikan dengan baik. Aku tentu saja ingin hamil dan punya anak. Bukankah salah satu tujuan menikah adalah melahirkan generasi baru yang akan menambah bobot bumi dengan kalimah-Nya? Hanya saja… saat aku masih tersengal-sengal membersemainya, saat aku tetap geragaban meraba cinta untuknya, kehadiran makhluk dirahimku itu sungguh membebaniku. Ibu hamil membutuhkan dukungan dan bantuan fisik-psikis yang besar. Terlebih anak pertama. Lalu, bisakah aku mengharapkan tangannya? Sanggupkah mulutku berkata? Aku tetap belum merasa dekat, apalagi mencintainya!

Oktober 2001
Trisemester pertama yang begitu berat. Oh, pantaslah islam begitu memuliakan seorang ibu. Badanku kurus, nyaris tidak ada makanan yang bisa masuk. Sendirian kutanggung semuanya. Ia begitu sibuk. Berangkat kerja pagi-pagi, dan selalu pulang kerumah diatas jam sepuluh malam. Satu yang menghiburku, teman-teman baru. Akhwat yang seolah kakak dan adik buatku. Merekalah tempatku mengadu. Mengingatkanku pada masa-masa lajang dulu. Membuatku betah berlama-lama, bahkan enggan pulang untuk melihat kenyataan diriku. Seorang calon ibu dengan calon ayah disisiku.

Awal November 2001
Cintaaaaa…dimanakah engkau ?! Telah setengah tahun laki-laki itu menjadi suami. Mengapa engkau tetap bersembunyi? Seorang seniorku mengatakan, bahkan ada yang sudah menikah bertahun-tahun tetap belum bisa mencintai pasangannya. Tidak, Ya Allah. Aku tidak mau menunggu selama itu. Bila ibadah seorang hamba akan lebih bermakna dengan kekuatan cinta, apalagi hubungan antar manusia? Wahai, segala sumber cinta, bukakankah hatiku untuknya. Binarkanlah mataku akan kelebihannya, lapangkanlah dadaku akan kekurangannya, bila itu menjadi gerbang akan hadirnya sebuah rasa yang membuatku dekat padanya. CINTA.

Akhir November 2001
Masih belum banyak berubah, cinta yang kucari belum kutemukan. Buktinya, aku tidak merasa sepi ketika ditinggalkan. Kedatangannya bukan bermakna penantian. Meski sikapku tidak banyak berubah dalam hal pelayanan, lagi-lagi tanggung jawab dan penghambaan pada-Nya yang kujadikan sandaran. Sandaran yang kerap limbung ketika hatiku linglung. Yang kadang berderak saat imanku turun. Lalu, malam-malam dan dhuha, lembar-lembar mushaf dan do’a, menjadi suplai energi yang membuatku tidak ingin rugi dengan harga setengah dien ini. Inilah perjalanan terberatku. Mencari Cinta

Akhir tahun 2001
Aku tergugu. Ya Allah, benarkah? Suamiku, benarkah engkau melihatku belum ikhlas menerimamu? Ah, tidak. Bukan itu. Aku tidak berharap apapun darimu. Tidak fisik, harta, ataupun nasab. Aku hanya percaya, engkaulah yang terbaik untukku dari-Nya. Hanya… kalau aku perlu waktu untuk menerima, bukankah itu wajar saja? Aku pernah punya idealita, sebelum menemuimu sebagai realita. Aku pernah menyimpan sekian criteria, sebelum akhirnya aku sadar, bahwa Allah lebih tau segalanya. Aku manusia biasa yang tetap melewati sebuah proses menuju kesempurnaan, yang meski aku tahu tidak akan pernah kudapatkan. Aku ikhlas menerimamu. Aku hanya butuh waktu untuk mencintaimu. Aku tetap pada keyakinanku. Sebuah rumah tangga dakwah tidak hnya butuh sense ibadah. Bukan hanya berdasar kekuatan ruhaniah. Tidak melulu dikompori semangat harakiyah. Ia tetap butuh fitrah mendasar yang menjadi kekuatan hubungan laki-laki dan perempuan. CINTA.

Awal tahun 2002
Barangkali putik cinta itu mulai muncul. Mungkin simpati? kagum? Salut? Whatever. Ia yang begitu gigih membantuku membangun eksistensi dimedan baru. Mengurus organisasi, menyimpan arsip dan data dengan rapi, menemani ketika aku harus loby ke sana-sini, meski aku tahu ia sibuk sekali. Begitu juga dengan persiapan menyambut si kecil. Mungkinkah...ia telah terlebih dahulu menemukan cinta? Ah. Berbahagialah dia, dan aku tentu saja. Aku berharap, tak lama lagi aku akan menyusulnya. Aku tidak ingin membiarkan tepukan tangan itu kosong tanpa suara. Aku juga tidak ingin kembang itu layu sebelum waktunya. Kembang itu ingin kurawat, kujaga agar mekarnya mempesona dan wanginya menebar kemana-mana. Kembang cinta.

Medio Februari 2002
Duniaku sekarang hanya rumah dan klinik. Kegiatan stop. Waktu yang bagus untuk berinteraksi dengan sikecil. Ah, anakku. Betapapun aku masih belajar untuk menerimamu, namun tidak sesulit belajar mencintai ayahmu. Ia orang lain. Hadir tiba-tiba dengan segala apa yang ada padanya. Berkuasa, nyaris tanpa batas. Bagaimana aku tidak tergagap-gagap menemaninya? Bagaimana langkahku tidak tersaruk disisinya?

Sedangkan engkau…engkau adalah bagian daging dan darahku. Separuh nafasku, terhembus padamu. Bahkan satu nyawaku, kubagi denganmu. Aku begitu yakin, cintaku padamu akan hadir memenuhi dada dan sudut hati, tanpa harus melewati waktu panjang yang terkadang serasa tanpa tepi.

Maret 2002
Anakku! Oh, sungguh lain kata-kata itu. Begitu menggetarkan. Mendebarkan. Aku ingin selalu bersamamu. Aku tidak ingin melihat selain kebahagiaan dan kegembiran. Aku ingin berbuat apa saja, memberi apa saja yang kupunya untukmu. Aku…seribu rasa meluap didada. Sejuta asa menggelora dijiwa. Ah, engkaulah sebaik-baik manusia yang kulihat didunia. Ya, Allah…inikah cinta itu? betapa dahsyatnya. Betapa kuatnya. Lalu cinta yang lain…untuknya? aku nyaris lupa.

Awal April 2002
Inilah rindu itu. Anakku dirawat dirumah sakit. Tidak parah memang. Empat hari dia disana, tapi aku merasa hampir gila. Malam pertama, berpisah dengannya, mataku tidak mau terpejam. Mengalirkan air mata dengan suksesnya. Begitu juga saat aku menatap pakaiannya, mencium baunya, bahkan ketika ingat jadwal mandi serta minum ASI-nya. Jiwaku terbelah. Hatiku tercacah. Meski setiap hari aku menengoknya, menempuh jarak dan menerabas aral, tetap saja rindu itu mencengkeram kuat. Bahkan semakin kuat usai berjumpa. Duhai! Inilah sebenar-benar rindu. Bukan sekedar kangen dan rasa igin bertemu. Tetapi, rasa yang mampu menghilangkan separuh nyawa hidupmu atau justru memberikan suplai energi padamu.

Akhir April 2002
Akhirnya. Kutemukan juga cinta itu. Pada seorang laki-laki yang baru dua bulan lalu hadir dalam kehidupanku. Tetapi laki-laki itu memang istimewa. Ia sanggup menguatkanku. Ia bisa menghiburku. Ia terkadang menjengkelkan tetapi selalu cepat aku memaafkan. Ia…yang kini mengasai hati dan pikiran, menyedot hamper seluruh perhatian, bahkan mungkin meraup habis persediaan cinta yang berusaha kusisakan. Aku tidak kuasa menahan. Aku angkat tangan. Suamiku? Yah, aku hanya bisa berharap, kekuatan cintaku pada laki-laki baru itu, akan mampu memancing cintaku padanya. Itu saja.

Aku teringat percakapanku dengan seorang sahabat, sebelum aku menikah.
“ Seperti apa cinta itu menurutmu?” Ia bertanya serius padaku. Aku tercenung.
“Cinta ? Bagiku ? Mudah. Seberapa ia memberi, sebanyak itu ia menerima. Take and give.” Jawabku pasti. Temanku menggeleng, kecut,.
“Cintamu matematis” Bahkan menurutku itu bukan cinta, Lalu kalau sudah tidak ada yang bisa kamu ambil, tidak ada lagi yang kamu terima, cinta itupun hilang begitu saja ?” temanku masih mengejar. Aku mengangguk. “ Tentu. Cinta sudah tidak punya kekuatan. Hampa.” Ujarku.
“Ck. Sungguh, menurutku itu bukan cinta. Cinta hanya kenal kata give. Tidak lain”.
“Itu tidak mungkin!” Sergahku cepat.
"Baiklah. Aku yakin, suatu saat kamu akan menemukan cinta itu. Mungkin terhadap suamimu. Oh, belum tentu. Mungkin tidak. Aku yakin, kamu akan mengerti cinta yang sebenarnya pada anakmu. Ya. Anakmu”.
Temanku betul ternyata. Laki-laki baru itu, yang mengajarkan aku cinta, anakku.

Mei 2002
Sudahlah. Aku sudah mulai lelah. Sudah setahun aku menikah, dan cinta itu masih tetap kabur. Aku menyerah pada waktu. Aku pasrah pada kepastian dan keyakinan akan doa-doaku. Barangkali memang jawaban itu akan datang, kelak. Biarlah apa yang sekarang ada kunikmati dan kuhayati. CINTA, aku tetap setia menanti, tetapi sampai kapan. Ya Allah…kuatkan hamba.

Awal juli 2002
Keberadaan seseorang, baru terasakan saat ketiadaannya. Akan kucoba. Aku pulang kerumah dan tinggal disana. Satu minggu. Suamiku semula keberatan. Tetapi akhirnya mengijinkan. Yah, dengan sedikit rengekan dan tentu saja…rayuan. Ia menemaniku dua hari dua malam. Sebelum kembali ke kontrakan. Cinta memang perlu pembuktian. Hari-hari berlalu… nyatanya? Aku justru berat meninggalkan rumah! Aku masih ingin rersama ibu dan ayah. Suamiku! Dimana dirimu? Kemanakah rinduku?! Aku tergugu. Betapa pedih kurasakan, aku enggan kembali ke kontrakan.

Agustus 2002
“Cintakah kau padaku?” aku bertanya pada suamiku, suatu ketika.
“Cinta. Buktinya, kutinggalkan semua demi mendapatkanmu.” Jawabnya.
“Aku kangen sekali…” katanya ketika pertamakali berpisah.
“Kalau kau tak ada disisiku, aku tidak bersemangat. Malas. Bahkan pulang ke kontrakan ini pun enggan. Makanya jangan nginap lama-lama ya. Dua hari saja. Dan jangan sering-sering.” Ucapnya, ketika lagi-lagi aku menginap di rumah ibu.

Suamiku bukan tipe romantis dan perayu, Dulu, bahkan menurutku ia sangat kaku. Lalu apa arti semua itu? Darimana ia belajar? Cinta? Aku tersenyum, getir. Ia begitu cepat belajar. Ia begitu mudah menemukan. Ia juga begitu gampang membuktikan. Sedang aku?

Mungkin yang sekarang muncul adalah suatu bentuk keprihatinan. Bahwa ternyata, aku masih tertatih mencari cinta. Tetapi aku yakin, suatu ketika aku akan menemukannya. Cinta yang membangkitkan rindu, berhias rasa cemburu, dan berbalur keinginan untuk memberi tanpa mengharap sesuatu. Cinta sejati. Dan aku tahu, kemana aku harus mencari. Allahurrakhmanurrakhim, ya, kesitulah aku menuju.

Agustus 2002
Kupandangi sosok yang tengah lelap di sisiku. Tiba-tiba aku igin menciumnya, haru. (Yogya, Maret 2008 ( Dari Cerpen Nurul F Huda dengan sedikit revisi )